1)
Masyarakat
Nusantara dengan Cina melahirkan kebudayaan
1)
Seni
tari dan seni petunjukan
Seni Barongsai
merupakan kesenian asli Cina. Tetapi warga Indonesia sering melihatnya sebagai
hiburan dalam suatu acara, meskipun acara itu tidak berhubungan dengan perayaan
bangsa Cina. Bahkan banyak orang pribumi yang belajar dan menekuni tari
barongsai. Dalam perayaan Cap Go Meh di Cirebon, para pegawai kraton Cirebon
dengan pakaian adat dan diringi alunan musik tradisional ikut mengikuti acara
ini.
Petasan
dan kembang api yang tadinya dibakar menjelang Tahun Baru Imlek oleh masyarakat
Cina, kini sudah menjadi pelengkap setiap hajatan masyarakat Indonesia
2)
Seni
rupa dan seni ukir
Seni rupa, seni batik
pesisir, seni kriya, seni ukir, arsitektur dan seni keramik di Indonesia banyak
mendapat pengaruh dari Cina sperti pada motif, corak, gaya maupun warnanya.
3)
Seni
Sastra
Cerita wayang golek
dari Indonesia diakulturasikan dengan kesenian Cina menjadi Wayang Potehi yang
menceritakan tentang legenda rakyat Cina seperti Sampek Engthay, Sih Djienkoei,
Capsha Thaypoo, Sungokong, dll
4)
Bidang
pertanian, perdagangan, pertukangan dan industri
Orang Cina
mengenalkan cara bertani atau mengolah sawah dengan menggunakan bajak sawah.
Orang Indonesia sejak dulu telah mengenal perdagangan dan pertukaran barang.
Dengan adanya pengaruh dari Cina, para pedagang kita meniru sifat dan system
perdagangan dari para pedagang Cina yang terkenal ulet, rajin, teliti dan
sangat menghargai waktu. Sehingga pedagang kita dapat maju dan bersaing dengan
rekan bisnisnya. Masyarakat Cina juga mengenalkan cara membuat kain sutra
kepada orang Indonesia.
5)
Bidang
pengobatan
Banyak ramuan dan
racikan obat dari Cina yang sangat manjur. Diakulturasikan dengan ramuan
tradisional Indonesia seperti alang-alang, kumis kucing atau rempah-rempah
untuk menyembuhkan penyakit seperti batu ginjal.
6)
Kepercayaan
Dasar kepercayaan orang Tionghoa sama dengan orang Jawa, yaitu sinkretisme dan
punya kepedulian melestarikan alam. Sebagaimana kepercayaan yang merupakan aset
budaya ethnis manapun di seluruh belahan dunia, bagi orang Tionghoa secara
tradisionil menganut paham Tridharma. Paham ini percaya akan adanya Tuhan Yang
Maha Esa sebagai keberadaan mutlak. Dalam menjaga pelestarian kehidupan manusia
beserta segenap penunjangnya misi yang memelihara ketentraman, kedamaian serta
kesejahteraan dibantu oleh mahluk-mahluk yang bekerya demi kemanusiaan.
Dalam kehidupan sehari-hari ajaran budi pekerti dari Konghucu sangat dominan. Jadi
bukan merupakan masalah seorang Tionghoa beragama apapun mengurus Klenteng,
karena klenteng tersebut didirikan oleh kakek/moyang yang tebal memelihara adat
istiadatnya. Sebagai generasi penerus yang tidak melupakan dari mana dia
berasal, budaya pendahulunya tersebut tetap dipelihara, walau dirinya tidak
melakukan ibadah secara religius di Klenteng. Dengan demikian dipahami bahwa
klenteng (istilahnya hanya ada di Indonesia) merupakan monumen Tionghoa. Tidak
tertutup kemungkinan tempat ibadat agama apapun berupa klenteng karena
didirikan dengan motif Tionghoa, umpama vihara ataupun mesjid.
7)
Pakaian . Jika kita perhatikan pakaian pengantin Betawi, tampak mirip
pakaian pengantin di zaman dinasti Kaisar China abad ke-7. Busana
tradisional Betawi juga berakulturasi dengan busana orang-orang Tionghoa. Baju
koko atau tikim berasal dari dialek Tionghoa tuikim. Begitu pula dengan kebaya
encim karena dalam dialek Hokkian encim adalah tante. Aksesori sanggul sering
kali berujud burung hong, yang merupakan hewan mitologi dalam kebudayaan
Tiongkok.
8)
Bidang
Arsitektur Di bidang arsitektur, pengaruh Tionghoa juga cukup kuat
bagi masyarakat Indonesia.Seperti pada masyarakat Betawi, bagian depan rumah
Betawi diberi hiasan pembatas berupa langkan. Lalu agar tampak indah dan tidak
kusam, pintu dan jendela harus dicat (chat). Istilah ubin, lampion, lonceng, pangkeng (kamar tidur), kongkow, teh,
kuaci, tapang (bermakna balai-balai), langseng, anglo, topo, kemoceng, dan
pengki, juga berasal dari dialek Hokkian yang digunakan sebagai hiasan untuk
mempercantik rumah.
9)
Seni
Musik
Seni musik gambang
kromong yang dikembangkan di Semarang oleh Lie Hoo Soen di abad ke-19,
yang kini menjadi gambang Semarang.
Seperti juga seni lenong dan cokek yang merupakan kelengkapan gambang kromong, kini diakui sebagai
seni khas Betawi. Istilah cokek
sendiri berasal dari bahasa Hokkian, Cio
Kek –penari muda yang diiringi musik gambang kromong. Musik tanjidor
yang merupakan musik khas Betawi pun beberapa alat musiknya
menggunakan alat musik khas China, seperti rebab, dan lain-lain. Di Sunda Kelapa, berbaur dengan penduduk
asli yang kemudian menyebut dirinya sebagai suku Betawi.
2)
Masyarakat
Nusantara dengan India melahirkan kebudayaan
1)
Pengaruh
Hindu Budha Terhadap Kepercayaan
Fungsi candi di India
sebagai tempat pemujaan terhadap para dewa. Diakulturasikan di Indonesia fungsi
candi sebagai tempat pemujaan terhadap para dewa juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan abu jenazah nenek moyang, menunjukkan bahwa budaya asli Indonesia
tetap ada yaitu kepercayaan animisme.
2)
Seni
rupa dan seni ukir
Seni batik, ukir pada
kapak, mencetak logam, perhiasan, seni ragam hias pada candi.
3)
Seni
aksara dan seni sastra
a)
Seni
Aksara. Bangsa Indonesia mengenal
kepandaian membaca, menulis dari pengaruh India yaitu huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Dikembangkan di daerah menjadi huruf Batak di Sumut, huruf Kawi,
huruf Jawa dan Bali.
b)
Seni
Sastra. Cerita Mahabarata dan
Ramayana di Indonesia diakulturasikan dengan wayang ditambah tokoh Punakawan.
4)
Bidang
pemerintahan
Masyarakat Indonesia
telah mengenal pemilihan pemimpin secara demokrasi. Perangkat
pemerintahannya menggunakan nama asli
Indonesia tetapi model India.
5)
Kalender
Masyarakat Indonesia
telah mengenal astronomi untuk mengetahui letak bintang dan digunakan untuk
pertanian/pelayaran. Dengan pengaruh Hindu Budha dikenalkan Tahun Saka. 1
tahun = 365 hari. Bedanya dengan Tahun
Masehi adalah 78 tahun. Disamping itu bangsa kita telah mengenal musim.
a)
Musim
Kemarau c)
Musim Hujan
b)
Musim
Labuh (mulai ada hujan) d)
Musim Mareng (jarang-jarang hujan)
Masyarakat Indonesia
juga mengenal Wuku (1 tahun = 30 Wuku) dan Mangsa (1 tahun = 12 Mangsa).
3)
Masyarakat
Nusantara dengan orang Islam (Timur Tengah)
melahirkan kebudayaan
1.
Pengaruh
agama Islam
Didirikannya masjid
sebagai tempat bagi orang Islam. Di Indonesia selain sebagai tempat ibadah,
masjid juga digunakan untuk tempat pengajian, perayaan hari besar dan juga
pusat kegiatan social masyarakat. Ciri masjid hasil akulturasi dengan budaya
Jawa :
a)
Atapnya
berbentuk tumpang
b)
Ada
yang masih dilengkapi menara
c)
Bedug
dan kentongan yang merupakan budaya asli Jawa masih digunakan untuk keperluan
masjid
d)
Letak
masjid biasanya dekat dengan istana kerajaan
2.
Pakaian
Orang Indonesia
terutama Jawa sangat memperhatikan cara berpakaian mereka. Pakaian yang dikenakan
harus sopan dan rapi. Adanya pengaruh Islam, yang mengharuskan agar berpakaian
yang muslim dan menutup aurat ini sesuai
dengan budaya pribumi.
3.
Seni
Ukir
Seni ukir maupun
lukisan indah kaligrafi yang berasal dari Islam Timur Tengah telah banyak digemari
oleh masyarakat kita. Mereka menggunakannya untuk aksesoris maupun hiasan pada
rumah.
4.
Seni
Musik
Alat music khas Islam
(seperti rebana, tambur dan gendang), lagu-lagu islami dan seni membaca
Al-Qur’an dengan lagu (Qiroah, Kalam ilahi) sudah sering menjadi bagian dalam
acara – acara adat Jawa seperti selamatan, upacara perkawinan maupun merti
desa. Hal ini menunjukkan bahwa akulturasi budaya Islam dapat berkembang di
Indonesia tanpa menghilangkan budaya asli pribumi.
5.
Kalender
Masyarakat Indonesia telah
mengenal system astronomi atau penanggalan yang digunakan untuk pertanian dan
pelayaran. Dengan adanya pengaruh Islam dari Timur Tengah, maka
diperkenalkannya Tahun Hijriyah. 1 tahun = 354 hari dan terdiri dari 12 bulan
(1 bulan = 29 dan 30 hari). Bedanya Tahun Masehi dengan Tahun Hijriyah adalah
579 tahun. Tahun Hijriyah digunakan untuk menentukan waktu sholat maupun hari –
hari besar agama.
6.
Bidang
Pendidikan
Adanya pengaruh Islam
dari Timur Tengah telah mengubah pola pikir masyarakat Indonesia. Masyarakat kita sekarang
ingin lebih mendalami dan mempelajari agama Islam dengan bersekolah di
pondok pesantren maupun madrasah - madrasah.
7.
Seni
Tari
Tari Saman dari Aceh
merupakan salah satu hasil akulturasi budaya Islam dengan budaya asli
masyarakat setempat. Tari ini pada awalnya merupakan permainan rakyat Aceh.
Karena sangat diminati, seorang pendakwah bernama Syekh Saman menyisipkan syair
berupa kalimat puji-pujian kepada Sang Khalik sebagai pengiring tarian ini.
8.
Sistem
Pemerintahan
Kerajaan di Indonesia
yang dulunya Hindu/Budha dengan masuknya Islam maka diganti dengan Kerajaan
yang beragama Islam. Rajanya pun diberi gelar Sultan atau Sunan seperti halnya
para Wali. Saat rajanya meninggal, sudah tidak dicandikan lagi. Tetapi sudah
dimakamkan secara islam.
KEPERCAYAAN
Kebudayaan
yang dihasilkan :
1)
Suku Baduy Dalam,
mereka setia berjalan kaki dalam melakukan perjalanan,
mengedepankan kejujuran, menolak mencemari lingkungan ( tanah dan air ), dan
tidak merokok. Baduy Dalam menerapkan adat lebih ketat dibandingkan dengan Baduy
Luar. Salah satu perbedaannya, warga Baduy Luar diperbolehkan berkendaraan.
Baduy Dalam hidup dengan aturan adat yang ketat.
Di Baduy Dalam, pikukuh atau
aturan adat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Hal ini berbeda dengan
Baduy Luar. Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik.
Mereka tidak akan menyantap jenis makanan yang tidak dimakan nenek moyang
mereka juga tidak akan melakukan kebiasaan yang dulunya tidak pernah dilakukan
nenek moyang mereka. Kebiasaan mandi tidak menggunakan sabun masih berlangsung
hingga saat ini. Tidak memakai sabun mandi bukan berarti mereka tidak punya
uang, tetapi benar - benar demi mengikuti kebiasaan orang tua mereka. Kalau ada
warga Baduy yang coba - coba memakai sabun saat mandi dan sampai
ketahuan, pasti mendapat teguran keras. Teguran ini bisa berujung pada
pemecatan sebagai warga Baduy Dalam.
Menurut kepercayaan orang Kanekes
mereka keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau
batara yang diutus ke bumi. Asal - usul tersebut sering pula dihubungkan dengan
Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam
dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik
( mandita ) untuk menjaga harmoni dunia.
Kepercayaan orang Baduy
adalah penghormatan pada roh nenek moyang dan kepercayaan kepada satu kuasa
yang dinamakan Nu Kawasa. Keyakinan mereka sering disebut dengan Sunda
Wiwitan. Orientasi, konsep - konsep dan kegiatan - kegiatan keagamaan
ditujukan kepada pikukuh ( aturan adat ) agar orang hidup menurut alur
itu dan menyejahterakan kehidupan Baduy dan dunia. Kepercayaan
masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada
pemujaan kepada arwah nenek moyang ( animisme ) yang pada perkembangan
selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu, dan Islam.
Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat
mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari - hari. Isi terpenting dari 'pikukuh'
( kepatuhan ) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun",
atau perubahan sesedikit mungkin.
2)
Suku
Laut di Perairan Malaka
Salah satu kebudayaan
mereka adalah tari campak laut. Trian ini mirip tarian Melayu yang dipadukan
dengan berbalas pantun, karena orang – orang suku ini memang pandai berpantun.
Dalam kepercayaan masyarakat suku laaut masih menganut animisme. Tapi ada
beberapa yang memeluk agama islam, walaupun Islamnya masih bercampur dengan
kebudayaan nenek moyang. Mereka sangat mempercayai takhayul tentang keramatnya
suatu benda atau daerah. Bahkan ketika pergi melaut, mereka masih menggunakan
hitungan tanggal dan weton untuk mengetahui hari keberuntungan atau hari naas
mereka. Mereka ahli membaca bintang dan bulan. Mereka hidup di laut dan
satu-satunya petunjuk di laut selain kompas adalah bintang. Suku Laut memegang
komitmen kuat akan kehormatan dan jati diri mereka, Mereka tidak mau beralih
profesi lain selain nelayan. Mereka juga tidak
tertarik dengan hal-hal yang berbau daratan. Alam merupakan sumber
kehidupan mereka tanpa ada kepentingan lain. Dan mereka sudah hidup selama
berabad-abad di atas lautan. Misalnya mengeruk kekayaan alam yang sangat besar
dan banyak, serta berdalih untuk kepentingan rakyat. Laut digunakan untuk
kepentingan perut tanpa dalih apa-apa. Mereka adalah orang-orang yang lugu tapi
punya harga diri.
RAS
Contoh Kebudayaan
Berdasarkan Ras
1)
Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari
ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak
keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia
menyebar keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk membawa kebudayaan yang
relatif lebih maju yaitu kebudayaan logam terutama benda-benda dari Perunggu,
seperti nekara, moko, kapak corong, dan perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini
sangat terpengaruh dengan kebudayaan asalnya dari Vietnam yaitu Budaya Dongson.
Tampak dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu di Indonesia dengan di
Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu
suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ras
ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya
menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Migrasi dari berbagai macam ras
tersebut perkembangannya saling berbaur/bercampur hingga menghasilkan berbagai
macam suku dengan beraneka ragam cirinya. Keanekaragaman tersebut disebabkan
karena perbedaan keadaan alam (letak geografis, iklim), Makanan(nutrisi), dan
terjadi perkawinan campur.
2)
Ras Melayu
Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini adalah berkulit sawo
matang, bertubuh tidak terlalu tinggi, dan berambut lurus. Ras ini termasuk
dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia
Tengah) masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru
selanjutnya ke Indonesia.
Melalui
jalur barat dan membawa kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan menempuh jalur
darat dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand
selanjutnya menuju ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan
berakhir di Nusa Tenggara. Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan
peninggalan berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Melalui
jalur timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur
laut dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan,
Filipina, kemudian ke daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke
Australia. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto
Melayu yang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua
(Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).